SEMUT IRENG

Tak ada hal besar yang bisa dilakukan dengan mengabaikan hal-hal kecil

tepi 1 2 4 3 5 tepi
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. (tapi gak boleh nyerah Brooooooo)
small business home business Come on planted the tree to rescue the world small business home business
.CO.NR Free Domain

Motivasi dan Inspirasi Harian

HARGA WEB INIA$280.75Harga website Anda?

Iklan Anda 200 x 180

Selamat datang di dunia inspirasi dan motivasi. Jika Anda senang membaca cerita lucu, inspiratif, dan motivatif, tak salah lagi, di dalam situs ini Anda akan menemukan cerita-cerita lucu, inspiratif, dan motivatif.

Iklan Anda 200 x 180

Selamat Membaca. Semangat Selalu!!! YES WE CAN

Pikirkan
Takut mati?, jaga hidupmu..., Takut hidup??. Mati aja...
Renungkan
Hidup tidak semudah yang kita bayangkan, tapi juga tidak sesulit yang kita takutkan.Selengkapnya.....
KAMPUNGKU
Trafic Visitors
Sebuah Renungan
19 February 2009


Slideshow


posted by SEMUT IRENG @ 10:16 AM   2 comments
Empati
Tulisan Andy F Noya ini dikirim oleh Mahmud Arifien pada Date: Sunday, November 30, 2008, 12:48 PM



Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikkan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah. Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.

Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan. Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikkan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.


Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita. Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ.

Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.


Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chicken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet, bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.

Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran.

Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa peduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut.

Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu.Mulailah sekarang juga.

>By: Andy F Noya

Labels:

posted by SEMUT IRENG @ 9:52 AM   0 comments
Blue Sky
16 February 2009

UNDER CONSTRUCTION




Hi-tech computer modelling is being employed to map walking routes around Britain’s cities for award-winning website www.walkit.com. Using accurate terrain data captured from the air, the height models from aerial mapping company Bluesky are being used to produce walking routes that avoid the steepest hills and alert walkers to inclines on their selected journey, information that is especially useful for those carrying loads, pushing buggies and those with certain health conditions.

walkit.com has been named “one of the 100 top sites for the year ahead” by the Guardian newspaper and ranked in the 101 most useful websites by Telegraph.co.uk and in the top 50 best London websites by TimeOut. Visitors to the site can select from one of 12 cities across the UK, including London, Glasgow, Bristol, Birmingham and Sheffield, and simply enter their walk’s start and end points. Additional user options include selection of route type, for example, direct or less busy. walkit.com then returns a detailed walking route including a map of the route and full written directions together with distance, walking times and calories burned for slow, medium and fast walking paces and even an estimation of the CO2 avoided.

“By supplementing our routes with information derived from the Bluesky height models we can really boost our offering,” said Jamie Wallace, walkit.com’s founder. “We already enhance traditional mapping with footpath data derived from high resolution aerial photography and user feedback, and the inclusion of incline data will further enable visitors to the site to select the most appropriate route for their needs.”

A recent survey of visitors to walkit.com has shown that nearly 90% have been encouraged to walk a route in favour of other modes of transport, nearly 80% have been encouraged to take extra physical exercise and approximately 55% are regularly switching to ‘active travel’. “The environmental, financial and physical health of the nation are all at the top of today’s agenda,” continued Wallace. “Walking ticks all the boxes and by encouraging more people to walk more often we can all take a step in the right direction.”

The height data walkit.com purchased from Bluesky is part of the GeoPerspectives nationwide Digital Terrain Model (DTM). Covering the whole of England, Scotland and Wales the DTM maps the Earth’s surface, excluding vegetation and buildings, to a resolution of 1 metre and an accuracy of 50 centimetres for urban areas with a population over 100,000. GeoPerspectives is a joint venture between Bluesky and Infoterra providing national coverage of orthorectified aerial photography, digital terrain & surface models and colour infra-red imagery (CIR).

Bluesky is a UK-based specialist in aerial imaging and remote sensing data collection and processing. An internationally recognised leader with projects extending around the globe, Bluesky is proud to work with prestigious organisations such as Google, the BBC and Government Agencies. Bluesky has unrivalled expertise in the creation of seamless, digital aerial photography, 3D landscape/cityscape visualisations and prints and also runs a national mapping centre, providing digital mapping, satellite imagery and aerial photography including ultra-high resolution imagery of cities and towns.
posted by SEMUT IRENG @ 11:33 AM   3 comments
Menyesal

S

ebuah kata yang tepat untuk menyatakan bahwa kita telah berbuat salah serta melakukan sesuatu yang tak mungkin lagi kita ulangi dalah sesal.
posted by SEMUT IRENG @ 11:33 AM   0 comments
My Happy Family

small business home business

Tentang Saya

Name: SEMUT IRENG
Home:
About Me:
Profil Saya
Posting Sebelumnya
Arsip
Tautan
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

© 2005 SEMUT IRENG Template by Isnaini Dot Com